Di depan Beringin Kembar |
Jogjakarta, 15 Februari 2013
Seperti yang sudah aku janjikan, aku akan kembali lagi mencoba tantangan Masangin alias berjalan melewati celah beringin kembar dengan mata tertutup pada Februari!
Yup! Dan aku telah berada di lapangan luas dengan intensitas cahaya matahari yang sangat cerah, udara hangat, dan angin berhembus-hembus kencang.
Di tengah-tengah proses shooting program drama untuk FTV Televisi di tempatku bekerja, aku dan kawan-kawan serta team-ku menyempatkan diri untuk mencoba tantangan Masangin.
Di Januari yang lalu (seperti di-tulisanku sebelumnya) aku sudah 3 kali gagal. Kini aku mencoba lagi, namun 3 kali mencoba gagal lagi X(
Berbeda dengan-ku, partner kreatifku Iwan si "Ababil Boy" dan Ass.produksi Ayu si "Bebek" mereka berhasil melewati beringin kembar dengan lancar. Apalagi si "Ababil Boy" itu, dengan semangat ia menyebrangi jalan dari teras Kantor Walikota Jogjakarta ke alun-lun. Di bibir lapangan, ia menutup mata-nya sendiri dengan saputangan yang aku bawa, kemudian tanpa ragu ia melangkah lurus ke depan. Aku hanya mengikutinya dalam diam. Dan sampailah ia, Ia berhasil melewati celah beringin kembar!
Begitu juga Ayu si "Bebek" yang dengan mulus melewati celah beringin kembar yang becek untuk pertama kali dalam hidupnya.
My Adore Teams! Sadryna - Ayu - Jackson "Jazz" - Iwan "Ababil Boy!" |
Aku?
Aku hanya bisa cemberut dan mengerucutkan bibir. Iri melihat mereka yang lulus dalam tantangan itu.
Namun, setelah selesainya take terakhir scene di depan beringin kembar. Produser-ku mengajak-ku untuk mencoba lagi tantangan masangin ini.
"Sini! Saya kasih tau trik-nya," Bapak Tua berkata.
Aku mengikutinya ke bibir lapangan. Ia mengikat sapu tanganku di kepala untuk menutupi mataku. seketika pandanganku gelap. Namun sebelumnya ia mengizinkanku untuk melihat lurus ke depan, tepat di antara beringin kembar di depan sana.
"Nah, coba fokus. Sekarang apa yang kamu denger?" tanyanya. Di dalam kegelapan mata-ku, aku mencoba memfokuskan apa yang tertangkap dalam gendang telingaku.
Adzan.
"Adzan, Bang," jawabku.
"Oke. Celah beringinnya dimana?" tanyanya lagi.
Aku mengarahkan tanganku, menerawang. Aku merentangkan tanganku ke depan. Lurus.
"Suara Adzan dari mana?" tanyanya lagi.
"Dari lurus," jawabku.
Kemudian ia hanya mempersilakan aku berjalan ke depan. Aku -seperti sebelumnya- hanya merasakan gelap dan fokus berjalan ke depan. Terus berjalan sampai akhirnya aku merasakan cahaya di mataku lebih pekat dari sebelumnya. Aku berhenti sejenak.
"Fokus suara adzan dimana," kata Bapak Tua lagi.
Aku merentangkan tanganku berusaha menerawang darimana datangnya suara Adzan. Suara-nya berada di sebelah kananku. Aku melangkah serong ke kanan sedikit dan mulai berjalan lagi. Suara Adzan semakin dekat dan semakin dekat.
"Clup" kakiku mulai menginjak genangan air. Aku tahu, aku semakin dekat di antara celah beringin. AKu tak mempedulikan sendal Crocs-Biru ku dan kaos kaki hitamku yang basah. Aku terlalu senang dan yakin untuk melangkah ke depan. Aku melangkah lagi, melangkah lagi, sementara kakiku terus masuk ke genangan air.
Melewati genangan air menuju celah beringin kembar |
Keep walking! |
"CLUP!" kakiku nyemplung di genangan air |
"Udah, buka," katanya.
Aku membuka sapu tanganku di kepala.
Waw! Aku sudah berada di tengah celah beringin kembar!
Aku berhasil!
Akhirnya!
Ternyata tips dan trik menghadapi tantangan masangin ini (salah satu-nya) adalah perhatikan semua yang ditangkap oleh indra pendengaran kita.
Untungnya saat itu tepat saat Adzan.
Bisa dibilang, Adzan menolongku dari jalan yang sesat :)
Intinya: "Kita memang harus fokus terhadap apa yang kita jalani, namun jangan sampai tidak memperhatikan dan merasakan apa yang terjadi di sekitar kita"
See you in the others my experience! :D
Langit Jogja memang Indah!!!!! |