Selasa, 10 November 2015

Mengenal Kota Toulouse (Part 2), AirBus dan Istana Carcassonne

Bonjour...!!

Kita lanjutin lagi ya cerita perjalanan aku di Toulouse, Perancis mulai tanggal 28 Oktober 2015 sampai dengan 1 November 2015. Aku ke Toulouse bersama rombongan Lion Air yang ingin melihat bagaimana persiapan pesawat Airbus Lion Air yang diterbangkan ke Jakarta. Lion Air membeli 3 unit pesawat Airbus tipe A330-300 untuk penerbangan jamaah Haji dan Umrah. Desember 2015 ini, Lion Air akan mulai mengoperasikan rute dari Jakarta, Surabaya, Makassar, Medan, dan Banjarmasin ke Madinah dengan menggunakan pesawat A330-300 ini. Lion Air sendiri membeli secara perdana pesawat Airbus A330-300 ini, sebelumnya Lion Air telah membeli lebih dari 240 pesawat Airbus untuk penerbangan domestik.
Pesawat A330-300 yang dibeli Lion Air di Toulouse, Prancis
Setelah melihat pesawat Lion Air, kami semua diajak untuk berkunjung ke pabrik Airbus. Airbus adalah perusahaan pembuat pesawat penerbangan sipil terbesar di eropa. Dan kota Toulouse memang merupakan basis industri penerbangan di Eropa. Airbus sendiri boleh dibilang sebagai perusahaan penggerak perekonomian kota Toulouse. Pusat pabrikan pembuat pesawat sipil Airbus, berlokasi di kawasan industri khusus Airbus yang tidak jauh dari Bandara Blagnac. Kami ditemani oleh Ms. Sara Ricci dan pemandu dari pihak Airbus lainnya. 

di Pabrik Airbus, Toulouse

Di dalam pabrik, sangat luas sekali. Banyak bagian-bagian pesawat yang sedang dibuat, seperti kepala pesawat tempat kokpit berada, badan pesawat, dan ekor pesawat. Airbus sendiri memperkerjakan ribuan orang untuk membuat pesawat tipe A330, A350, dan A380.


Pesawat Airbus Jenis A330 seperti yang dibeli oleh Lion Air dikenal dengan pesawat berbadan besar dengan daya tampung sampai 440 penumpang. Pesawat A330 juga dinilai mempunyai daya konsumsi bahan bakar yang irit dan efisien. Nah, pesawat A330 ini telah banyak digunakan penerbangan di dunia bahkan di Indonesia seperti yang digunakan Lion Air dan Garuda Indonesia.




pembuatan sayap pesawat
Selain A330, adalagi tipe andalan Airbus yaitu A350. A350 memiliki kapasitas yang mirip dengan A330 tapi dapat terbang selama 15 jam nonstop dan sangat cocok buat penerbangan lintas benua. Setelah melihat A330 dan A350, rombongan kami juga diajak untuk melihat pembuatan pesawat tipe A380. Tipe A380 adalah pesawat besar dengan dua kabin alias dua tingkat. Membayangkan pesawat-pesawat canggih ini dibuat, aku sangat bersyukur banget bisa datang melihat-lihat perusahaan Airbus ini. Mungkin juga kalau ada pesawat airbus jatuh, black box-nya juga harus dibawa kesini juga kali ya?
pesawat Airbus A350 - XWB


Airbus sendiri telah mengirimkan lebih dari 1200 pesawat A330 ke seluruh dunia dan telah mengirimkan lebih dari 8800 pesawat sejak 2 dekade silam. Airbus mempunyai total pekerja sebanyak 55.000 orang yang tersebar di Amerika Serikat, Tiongkok, India, dan Timur Tengah. Jadi, nggak heran kalau Airbus menjadi pemompa perekonomian masyarakat kota Toulouse.





bersama Ms. Sarah
Esok harinya pada tanggal 30 Oktober 2015, aku dan rombongan diajak ke tempat wisata yang lumayan dekat dengan kota Toulouse. Pagi-pagi, Ms. Sarah wanita perancis berdarah Tiongkok sudah tiba di hotel kami dan mengajak kami untuk bergegas menggunakan bus-nya. Tujuan kami kali ini adalah Istana Carcassonne.

tiba di Istana Carcassonne
Carcassone terletak sejauh satu jam dari pusat kota Toulouse. Carcassonne sendiri termasuk dalam wilayah Languedoc Roussillon. Sepanjang perjalanan mata-ku disajikan dengan ladang gandum dan ladang anggur yang begitu luas. Sangat berbeda dengan pemandangan kota Toulouse yang menghadirkan bangunan-bangunan berasitektur berwarna merah, sepanjang jalan ke Carcassone banyak ladang anggur yang berwarna merah dan putih. Sesekali juga kami melihat kuda di sebuah ladang. Sesampainya di puncak Carcassonne, terlihat istana megah yang terbuat dari batu bata berwarna putih.

salah satu jalan Carcassonne
Aku keluar dari Bus. Udara sangat dingin meski matahari bersinar cukup terik. Buru-buru aku langsung merapatkan syall dan memakai sarung tangan. Setelah Ms. Sarah membayar tiket untuk rombongan, kami dipersilakan masuk ke istana yang memiliki jembatan besar. Masuk ke dalam, sepanjang jalan banyak toko-toko yang unik, ada toko cokelat, kartu pos bergambar Carcassonne, ada juga yang menjual baju jirah dan baju pada masa kerajaan, ada tongkat sakti dan gaun-gaun putri. Di sepanjang jalan ini juga ternyata tersedia hotel loh dan banyak cafe atau restoran.
salah satu restoran

Masuk ke dalam lagi banyak bangunan-bangunan bersejarah. Ternyata, benteng dan istana Carcassonne ini telah berdiri sejak abad ke 12. Dulunya berdiri dinasti Trencavel yang merupakan keluarga paling terkuar di selatan perancis. Namun, pada tanggal 15 Agustus 1209, dinasti ini dikepung dan menyerah pada Pope Innocent ke-III. Istana Carcassonne ini juga mempunyai 52 menara terpisah serta dikelilingi benteng ganda sepanjang 3 kilometer. Di dalam istana juga banyak ruangan bekas kerajaan jaman dahulu, patung-patung, dan museum. Yang menarik adalah ketika kita sampai di menara pengawas, kita dapat melihat seluruh kota Carcassonne yang begitu mempesona.
pemandangan dari menara Carcassonne

Istana dan Benteng Carcassonne ini juga dinobatkan sebagai warisan budaya dunia oleh UNESCO pada tahun 1997. Tentunya sangat sangat senang dan suatu kebanggaan bisa berkunjung ke salah satu warisan budaya dunia di Perancis.
di salah satu sudut istana Carcassonne

Ambil gambar sendiri
Kesimpulannyaaaaaaa... Aku bersyukuurrr banget bisa dapet kesempatan liputan ke luar negeri dari kantor sebagai reporter Beritasatu TV. Sangat bersyukur atas rezeki dan kesempatan dari Allah. Mungkin ini hadiah dari Allah karena ikhlas gak menang lomba liputan ke Perancis, karena sudah tulus mengerjakan liputan-liputan sebelumnya makanya dihadiahi ke Toulouse, Perancis.



bawa alat dan tripod sendiri

edit gambar sendiri pake FCP di Macbook
I'm Sadryna and really love my job!
Jadi VJ alias Video Journalist itu ternyata nggak mudah. Karena tanggung jawab ada sama kita sendirian semua. Bawa alat-alat, bawa tripod, harus mikir gambar dan mikir naskah sendirian, edit gambar dan kirim gambar via FTP ke kantor. Biasanya sebagai reporter selalu didampingin sama kameramen. Dan kalau liputan semi dokumenter pasti selalu dibantu sama popo aku, Joidy. Tapi, ya namanya kerja dan udah dikasih kesempatan berarti harus ada tanggung jawab yang lebih juga. :)




See you to the next journey! :D


Senin, 02 November 2015

Mengenal sekilas kota Toulouse, France

Dulu, ketika ditanya, "Negara mana yang paling ingin dikunjungi?" aku menjawabnya dengan negara "Perancis".
snow ball eiffel tower

Sampai ketika ada sebuah kompetisi liputan perubahan iklim ICCTF 2015 yang hadiahnya meliput ke KTT Perubahan Iklim di Paris-pun aku ikuti. Sayangnya, Allah tidak meloloskan liputanku untuk menjadi yang terbaik. Padahal, aku berharap bisa menang dalam kompetisi ICCTF 2015 itu dan pergi liputan bersama popo aku sekaligus camera person handa yang aku kenal, Joidy Dompas.

Tapi, Allah menggantinya dengan kesempatan lain. Manager News Gathering-ku, Muzakkir Hussein mengabarkan aku ditunjuk liputan luar negeri ke perancis undangan dari Lion Air. Ke Perancis, negara yang paling aku kunjungi. Meski bukan ke Paris, tapi ke kota Toulouse, ini sudah merupakan kesempatan besar dan berharga. Liputan Luar Negeri pertama kali buat aku.


makasih popo :)


Sebelum berangkat, Popo Joidy yang packing semua alat buat liputan. Mulai dari tripod, kamera, kabel-kabel, clip on, batere, lampu, charger sampai ke MacBook. Sebenernya aku pengen banget liputan bareng Popo ke Perancis. Semoga ada kesempatan lagi kesana bareng Popo :)

popo aku yang nyiapin alat














Dari Jakarta (CGK) ke Bandara Paris, Charles de Gaulle perjalanan terbang memakan waktu kurang lebih 13 jam dengan transit terlebih dahulu di Changi Airport Singapore dengan pesawat Air France. Setelah melalui 12 jam dengan tidur terpaksa dan gak nyaman di bangku ekonomi Air France, akhirnya tiba di Bandara Charles de Gaulle. Setibanya, aku dan rombongan Lion Air langsung terbang lagi selama 1 jam ke bandara Blagnac, Toulouse.
view dari Air France
Setibanya di Toulouse, France
Kota Toulouse adalah kota kecil di Perancis, jaraknya satu jam perjalanan pesawat dari kota paris. Toulouse juga dikenal dengan kota Bata Merah karena semua bangunan di kota cantik ini menggunakan batu bata berwarna merah. Disini penduduknya lebih dari satu juta jiwa, dan beragam dari ras manapun dari eropa, asia hingga afrika. Dan disini sering aku temui wanita dengan rambut yang keriting sama seperti aku.

daun daun musim gugur
Saat aku dan rombongan kesini, sedang musim gugur jadi banyak daun-daun orange yang jatuh di jalanan. Suhu udaranya saat musim gugur seperti ini mulai 10 hingga 17 derajat celcius. Lumayan dingin untuk ukuran orang Indonesia. Jika pagi dan malam udara sangat dingin hingga menusuk kulit, dan membuat pipi serta hidung beku. Pagi-pagi ketika aku harus mengerjakan promo untuk BeritaSatuTV, aku sampai pilek setibanya di hotel. Kalau siang masih ada matahari, udaranya menjadi tak terlalu dingin, seperti udara puncak di waktu malam lah ya. Jadi, tak heran kalau mantel, jas, jaket, syall, sarung tangan menjadi wajib mereka pakai di musim gugur sampai musim dingin. Dan mereka disana sangat modis dalam berpakaian. 
                                                   


Soal makanan, di Perancis tentunya sangat berbeda dengan Indonesia. Selama 5 hari disana, aku dan rombongan sangat rindu-rindu nasi dan sambal. Di Toulouse maupun kota-kota lainnya di Perancis, makanan utama mereka adalah roti atau gandum. Setiap jamuan makan pasti ada appetizer, main course, dan desert. Selalu begitu, mau sarapan, makan siang atau makan malam. Setiap kita minum teh, cokelat panas atau pun kopi pasti mereka selalu menyediakan cokelat di pinggir alas piring cangkir. Aku tanya sama Ms Sara Ricci, yang tinggal di Toulouse dan merupakan manager PR AirBus, kenapa harus makan 3x dalam satu jamuan makan dan mengapa selalu ada cokelat setiap minum teh kopi dan lainnya. Dia jawab kalau memang itu budaya mereka disana makan dengan urutan makanan pembuka, makanan utama dan makanan penutup seperti ice cream, kue dengan buah dan manis-manis. Cokelat juga sudah menjadi tradisi buat mereka. Mereka sangat suka cokelat dan pasti selalu ada roti gandum di meja makan. Tidak ada nasi!
saat makan siang di Novotel

Makan malam 

makan malam

Bersama Ms Sara Ricci





Place du Capitole. Toulouse
Icon kota Toulouse adalah Place du Capitole. Bangunan megah berwarna merah dan merupakan balai kota warga Toulouse. Lapangannya yang sangat besar menjadi tempat bertemu para warga. Di sekelilingnya banyak cafe berkelas. Sering juga banyak warga yang menggelar dagangan di lapangan ini dengan harga yang murah. Seperti pagi itu, banyak yang ditawarkan dan beberapa orang sedang menidirikan tenda jualan mereka. Barang-barang yang dijual seperti tas, baju, celana, cokelat, hingga keju.

Sebenernya masih banyak lagi bangunan-bangunan di kota Toulouse, ibu Kota Midi Pyrenees yang cantik-cantik dan bagus banget. Seperti bangunan gereja, bangunan bioskop, patung-patung sampai ke kanal di sungai Garonne. Tapi sayangnya aku nggak punya kesempatan untuk lebih jauh ngulik-ngulik ke tempat tempat itu, dan gak punya waktu untuk ambil foto banyak karena harus fokus sama ambil gambar dll.

Sampe sini dulu perjalananannya di Part 2 aku akan cerita soal perusahaan pembuat pesawat terbesar di Perancis, AIRBUS dan kerjasama soal Lion Air. Oh iya juga soal jalan-jalan ke Istana Carcassone yang masuk dalam warisan budaya UNESCO.

Au revoir!!!

Sedikit selfie dimasukin boleh lah hihihihi :P
di Charles de Gaulle, France