Senin, 02 November 2015

Mengenal sekilas kota Toulouse, France

Dulu, ketika ditanya, "Negara mana yang paling ingin dikunjungi?" aku menjawabnya dengan negara "Perancis".
snow ball eiffel tower

Sampai ketika ada sebuah kompetisi liputan perubahan iklim ICCTF 2015 yang hadiahnya meliput ke KTT Perubahan Iklim di Paris-pun aku ikuti. Sayangnya, Allah tidak meloloskan liputanku untuk menjadi yang terbaik. Padahal, aku berharap bisa menang dalam kompetisi ICCTF 2015 itu dan pergi liputan bersama popo aku sekaligus camera person handa yang aku kenal, Joidy Dompas.

Tapi, Allah menggantinya dengan kesempatan lain. Manager News Gathering-ku, Muzakkir Hussein mengabarkan aku ditunjuk liputan luar negeri ke perancis undangan dari Lion Air. Ke Perancis, negara yang paling aku kunjungi. Meski bukan ke Paris, tapi ke kota Toulouse, ini sudah merupakan kesempatan besar dan berharga. Liputan Luar Negeri pertama kali buat aku.


makasih popo :)


Sebelum berangkat, Popo Joidy yang packing semua alat buat liputan. Mulai dari tripod, kamera, kabel-kabel, clip on, batere, lampu, charger sampai ke MacBook. Sebenernya aku pengen banget liputan bareng Popo ke Perancis. Semoga ada kesempatan lagi kesana bareng Popo :)

popo aku yang nyiapin alat














Dari Jakarta (CGK) ke Bandara Paris, Charles de Gaulle perjalanan terbang memakan waktu kurang lebih 13 jam dengan transit terlebih dahulu di Changi Airport Singapore dengan pesawat Air France. Setelah melalui 12 jam dengan tidur terpaksa dan gak nyaman di bangku ekonomi Air France, akhirnya tiba di Bandara Charles de Gaulle. Setibanya, aku dan rombongan Lion Air langsung terbang lagi selama 1 jam ke bandara Blagnac, Toulouse.
view dari Air France
Setibanya di Toulouse, France
Kota Toulouse adalah kota kecil di Perancis, jaraknya satu jam perjalanan pesawat dari kota paris. Toulouse juga dikenal dengan kota Bata Merah karena semua bangunan di kota cantik ini menggunakan batu bata berwarna merah. Disini penduduknya lebih dari satu juta jiwa, dan beragam dari ras manapun dari eropa, asia hingga afrika. Dan disini sering aku temui wanita dengan rambut yang keriting sama seperti aku.

daun daun musim gugur
Saat aku dan rombongan kesini, sedang musim gugur jadi banyak daun-daun orange yang jatuh di jalanan. Suhu udaranya saat musim gugur seperti ini mulai 10 hingga 17 derajat celcius. Lumayan dingin untuk ukuran orang Indonesia. Jika pagi dan malam udara sangat dingin hingga menusuk kulit, dan membuat pipi serta hidung beku. Pagi-pagi ketika aku harus mengerjakan promo untuk BeritaSatuTV, aku sampai pilek setibanya di hotel. Kalau siang masih ada matahari, udaranya menjadi tak terlalu dingin, seperti udara puncak di waktu malam lah ya. Jadi, tak heran kalau mantel, jas, jaket, syall, sarung tangan menjadi wajib mereka pakai di musim gugur sampai musim dingin. Dan mereka disana sangat modis dalam berpakaian. 
                                                   


Soal makanan, di Perancis tentunya sangat berbeda dengan Indonesia. Selama 5 hari disana, aku dan rombongan sangat rindu-rindu nasi dan sambal. Di Toulouse maupun kota-kota lainnya di Perancis, makanan utama mereka adalah roti atau gandum. Setiap jamuan makan pasti ada appetizer, main course, dan desert. Selalu begitu, mau sarapan, makan siang atau makan malam. Setiap kita minum teh, cokelat panas atau pun kopi pasti mereka selalu menyediakan cokelat di pinggir alas piring cangkir. Aku tanya sama Ms Sara Ricci, yang tinggal di Toulouse dan merupakan manager PR AirBus, kenapa harus makan 3x dalam satu jamuan makan dan mengapa selalu ada cokelat setiap minum teh kopi dan lainnya. Dia jawab kalau memang itu budaya mereka disana makan dengan urutan makanan pembuka, makanan utama dan makanan penutup seperti ice cream, kue dengan buah dan manis-manis. Cokelat juga sudah menjadi tradisi buat mereka. Mereka sangat suka cokelat dan pasti selalu ada roti gandum di meja makan. Tidak ada nasi!
saat makan siang di Novotel

Makan malam 

makan malam

Bersama Ms Sara Ricci





Place du Capitole. Toulouse
Icon kota Toulouse adalah Place du Capitole. Bangunan megah berwarna merah dan merupakan balai kota warga Toulouse. Lapangannya yang sangat besar menjadi tempat bertemu para warga. Di sekelilingnya banyak cafe berkelas. Sering juga banyak warga yang menggelar dagangan di lapangan ini dengan harga yang murah. Seperti pagi itu, banyak yang ditawarkan dan beberapa orang sedang menidirikan tenda jualan mereka. Barang-barang yang dijual seperti tas, baju, celana, cokelat, hingga keju.

Sebenernya masih banyak lagi bangunan-bangunan di kota Toulouse, ibu Kota Midi Pyrenees yang cantik-cantik dan bagus banget. Seperti bangunan gereja, bangunan bioskop, patung-patung sampai ke kanal di sungai Garonne. Tapi sayangnya aku nggak punya kesempatan untuk lebih jauh ngulik-ngulik ke tempat tempat itu, dan gak punya waktu untuk ambil foto banyak karena harus fokus sama ambil gambar dll.

Sampe sini dulu perjalananannya di Part 2 aku akan cerita soal perusahaan pembuat pesawat terbesar di Perancis, AIRBUS dan kerjasama soal Lion Air. Oh iya juga soal jalan-jalan ke Istana Carcassone yang masuk dalam warisan budaya UNESCO.

Au revoir!!!

Sedikit selfie dimasukin boleh lah hihihihi :P
di Charles de Gaulle, France



Tidak ada komentar:

Posting Komentar